SANG FAJAR
by; Arbinali
Kala rindu yang tak
pernah hilang
Cakrawala tampak
dengan melintang
Cahaya timur datang
!
Garis horizontal membentang
Dia bawa seribu
cerita yang membelai
Diantara nya
kenangan yang telah usai
Hancur masa lalu dia
bangun kembali
Meski kabut tebal
menghampiri
Tak perduli !
Dia tetap mengiringi
Kejamnya dia terus
buat aku deja’vu
Hingga terasa waktu
tak pernah berlalu
Padahal harapan ku
dia seperti embun fajar!
Embun yang tak
pernah mengingkari hadirnya sang fajar.
BIANGLALA
By; Arbinali
Dibawah naungan sang
mentari
Siklus hidrosfer
lagi menyusuri
Bianglala datang
dengan sendiri
Membawa sejuta warna
pelangi
Tapi sayang..
Waktumu benar
secepat kilat
Meski parasmu indah
sejagat
Andai saja kau tahu
Kami hanya takut
Takut, jika hulu malang
celaka
Harapan jadi untaian
belaka
Pun tau pada
akhirnya
Takkan lari gunug
dikejar
Hilang kabut
tampaklah dia.
MELANKOLIS
By; Arbinali
Harapan itu terlepas
sudah
Dia yang melankolis
pun tersenggah lemah
Seribu hidrologis
tak pernah membuatnya gentah
Diserang berantah
sama saja
Sampai jantung tak
berdetak
pun tetap sia sia
menjaring angin
Terasa ada
tertangkap tidak.
SAMPAI MATI
By; Arbinali
Waktu itu lagi
terlewati
Dekat peony pun
tetap teresapi
Dia memanglah tak
mengingkari
Terbenam pun apa
lagi
Jangan sampai kau dicekik
ngeri
Karena genggam erat
haruslah membuhul mati
BUITENZORG
By; Arbinali
Tak jauh Cuma
selenggang
Hidup sunyi pun jadi
tercengang
Antropologi merajai
Buitenzorg pun
dirasuki
Lihat itu abad 18
Seabad tak mungkin
lah memelas
Lantas apa jadinya
abad 21?!
Kau masih tak lekang
oleh panas dan
Tak uput oleh hujan
kan!?
HILANG
By; Arbinali
Diatas marble yang
tak nyata
Rose moon datang
depan mata
Dibawah purnama
terang benderang
Ingatan pergi
terbang melayang
Hilang tak dicari
Tulus tak terselami
Kini malang celaka raja
genggang
Anak terbeli tunjang
hilang
Padahal tersungkur
dalam bahaya
Hal serupa pun jadi
terbiasa
SECERCIK HARAPAN
By; Arbinali
Deras denyut nadi
berbunyi
Tak perduli tubuh
tersakiti
Rintikan hujan
datang menemani
Suasana makin tak
terkendali
Coloumbus datang dengan
pekat
Menutupi cakrawala
di atas tepat
Kini senja itu
diujung gantung
Karena diisap angin
semnanjung
harapan pun hilang
meski darah Dibilah
bilah ilalang
Suara hilang
pun tenaga terbuang
Tapi tenang
Harapan tetap akan
terus membentang
DEJAVU
By; Arbinali
Malam di 20”c
Kian kelam rindu tak
datang
Angin malam makin
membentang
Aku mnemophobia
Tapi malam itu
terasa deja’vu
Azalea! Tak ingatkah
kau itu?
Ah sudahlah
Memori itu lekas
tinggal
Ku ucapkan selamat
tinggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar